AKU
BANGKIT KARENA IBU
Oleh
: Yudhi Utama Putra
Gue
pernah hancur, bahkan lebih berkeping-keping dari lagunya kerispatih. Saat ayah
dan ibu memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya. Masalah awalnya sih, ayah
yang bekerja sebagai kontraktor biasa berhubungan dengan dunia malam. Ayah
sering terlihat oleh ibu berduaan dengan wanita-wanita malam. Sebelum ayah
bekerja sebagai kontraktor, ayah sangat menyayangi gue dan juga ibu. Namun
perubahan begitu cepat, setelah mengenal dunia malam, ayah ingin menikah kembali
dengan alasan menginginkan anak laki-laki karena ibu tidak bisa melahirkan lagi
karena penyakit kista, hati, dsb.
Gue
hidup hanya dua beradik yakni gue dan kakak gue yang keduanya perempuan. Dengan
alasan menginginkan anak laki-laki, ayah sangat ngotot untuk menikah kembali.
Pernah gue ikutin ayah dengan cara baring di belakang mobil. Saat itu gue masih
kelas 6 SD dan badan gue masih sangat kecil, jadi ketika gue baring dibelakang
mobil tidak terlihat oleh ayah.
Perceraian
tak terhindar lagi. Gue saat itu akan menjalani ujian akhir nasional dan
alhasil akibat dari kejadian itu, nilai gue anjlok semua sehingga gue yang
menginginkan bisa masuk SMP yang cukup bagus tidak tercapai. Gue putus asa dan
tidak ingin sekolah lagi, namun ibu memaksa agar aku bisa sekolah kembali.
Sampai-sampai ibu bela-belain masukin gue sekolah lewat pintu belakang (nyogok)
di salah satu SMP di kota gue.
Gue
sempat sangat membenci ayah karena peristiwa ini. Namun, ibu sangat baik dalam
memberikan pengertian kepada gue hingga akhirnya gue bisa menerima dan mulai
bisa menerima keadaan ini. Gue sangat salut dengan pengorbanan ibu.
Saat
memasuki SMP, gue tidak ingin membuat ibu bertambah sedih dengan nilai-nilai
gue yang sudah sangat anjlok. Gue berniat berubah demi ibu, gue gak ingin melihat
ibu menangis lagi. Gue ingin ibu bangga memiliki seorang anak seperti gue.
Gue mulai belajar dan tiada hari tanpa
belajar. Ibu juga sangat mendukung gue dengan memberikan les-les privat
dirumah. Gue ingin agar bisa memperoleh juara kelas. Atas usaha dan kerja keras
gue serta atas perjuangan seorang ibu, gue memperoleh juara ketiga pada saat
penerimaan rapor.
Sebelumnya
gue tidak pernah mendapat perhatian dan kiriman uang dari ayah. Setelah
kejadian ibu menceritakan gue dapat juara, ayah langsung pulang kerumah.
Meskipun tidak menyatu kembali dengan ibu. Ayah hanya melihat keadaanku dan
mulai memperhatikanku kembali. Gue salut dengan ketabahan dan pengorbanan ibu.
Bertahun-tahun
kemudian, ibu ingin menikah kembali dengan seorang duda yang memiliki dua orang
anak laki-laki. Ibu meminta persetujuan dari gue dan kakak. Kami mengizinkan
dan akhirnya ibu menikah. Meski ayah tiri gue sangat baik, tapi gue gak bisa
sehangat dulu. Gue masih dingin dan adem ayem aja.
Tapi
satu yang pasti, gue bisa begini semua karena ibu. Ibu yang selalu menjadi
inspirasi dalam hidup. Gue gak ingin ibu nangis lagi.
(KESIMPULAN WAWANCARA
DENGAN SUBJEK PENELITIAN)
- Ibu adalah pahlawanku.
- Tak ada alasan untuk berhenti,
Jika ada maka cari
alasan untuk bangkit lagi.
- Ibu selalu terlihat tegar didepan anaknya
Namun sangat rapuh saat
semua telah terlelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar